Selasa, 30 Juni 2009

LELUHUR KI BONGOL & KI DJELANTIK

Sebelum bertutur banyak tentang Kaki Bongol dan Kaki Djelantik, ada baiknya kita kembali kepada leluhur beliau yaitu Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Sebelum bergelar Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel beliau bernama I Gusti Agung Pasek Gelgel. Pada saat para Arya selaku penguasa daerah tidak berhasil mengendalikan jalannya roda pemerintahan di Bali, yang penduduknya mayoritas orang-orang Bali Aga, sehingga Bali berada dalam situasi tidak menentu. Atas prakarsa Ki Patih Ulung, lalu dikirimlah utusan dari Bali ke Majapahit untuk menghadap Raja. Perutusan ini langsung dipimpin oleh Ki Patih Ulung yang anggotanya terdiri dari sanak saudaranya, antara lain, I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa, I Gusti Pasek Padang Subadra, I Gusti Bandesa dan lain-lainnya. Setelah diadakan pembicaraan dari hati ke hati, antara perutusan dari Bali dengan Raja Majapahit yang didampingi Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada dan para Manteri lainnya, Raja Majapahit memutuskan menyerahkan kekuasaan atas Pulau Bali kepada sanak saudaranya Ki Patih Ulung. Sebelum Raja Majapahit berhasil mengangkat seorang Adhipati untuk Bali, selama itu Ki Patih Ulung berkuasa.
Setelah perutusan tiba di Bali, segera diadakan pasamuan (rapat) antara sanak saudara Ki Patih Ulung dengan tokoh-tokoh orang Bali Aga. Di dalam pesamuan itu disepakati secara bulat mengangkat I Gusti Agung Pasek Gelgel sebagai pimpinan pemerintahan diBali. Sebab itu pada tahun Çaka 1265 (tahun 1343 Masehi) I Gusti Agung Pasek Gelgel dinobatkan sebagai Raja di Bali berkedudukan di Gelgel dan bergelar Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Beliau berhasil meredam permusuhan antara orang-orang Bali Aga dengan para Arya dari Majapahit, dan akhirnya pada tahun Çaka 1272 (bulan Oktober 1350 Masehi), setelah Raja Majapahit secara terpusat melantik beberapa Adhipati. Dan akhirnya pucuk pimpinan pemerintahan di Bali berpindah dari tangan Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel kepada Çri Kresna Kepakisan (putra bungsu dari Çri Soma Kepakisan). Dengan pindahnya kekuasaan Kerajaan Gelgel dari tangan Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel kepada Çri Kresna Kepakisan maka berakhirlah pemerintahan Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Demikianlah hal ikhwal mengapa I Gusti Agung Pasek Gelgel bergelar Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel.
Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel menikahi tiga orang istri yaitu yang pertama Luh Madri, putri Kyayi Kayuselem, Istri yang kedua yaitu Ni Luh Tangkas Kori Agung putri I Gusti Pangeran Tangkas dan satu lagi istrinya berasal dari Desa Gelgel. Dari perkawinannya dengan Luh Madri menurunkan I Gusti Pasek Gelgel di Tampurhyang Batur, yang lama kelamaan Desa Tampurhyang berubah menjadi Songan. Akhirnya keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Tampurhyang dikenal dengan sebutan I Gusti Pasek Gelgel Songan dan kemudian hanya memakai sebutan Pasek Gelgel Songan.
Dari istrinya yang bernama Ni Luh Tangkas Kori Agung yang menurunkan putra yaitu Pasek Pangeran Tangkas Kori Agung, Bandesa Tangkas Kori Agung, Pasek Bandesa Tangkas Kori Agung dan Pasek Tangkas Kori Agung.
Dari Istri beliau (Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel) yang berasal dari Desa Gelgel, berputra 6 orang laki-laki dengan nama yang sama masing-masing adalah : I Gusti Pasek Gelgel Aan, I Gusti Pasek Gelgel Akah, I Gusti Pasek Gelgel Mandwang, I Gusti Pasek Gelgel Sangkanbhuwana, I Gusti Pasek Gelgel Bhudaga dan I Gusti Pasek Gelgel Pegatepan.
Disini penulis tidak akan banyak bertutur tentang keberadaan ke-6 putra Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel, kecuali I Gusti Pasek Gelgel Pegatepan di Gelgel. I Gusti Pasek Gelgel Pegatepan adalah leluhur langsung dari Kaki Bongol dan Kaki Djelantik, oleh karenanya penulis akan mencoba mengupas sedikit tentang keberadaan I Gusti Pasek Gelgel Pegatepan.
I Gusti Pasek Gelgel di Pegatepan mempunyai putra 11 orang, yang sulung bernama Ki Pasek Manik Mas De Gurun Pasek Gelgel, kemudian pindah ke Nusa Penida, yang kedua bernama Ki Pasek Gegel (Ki Gede Bendesa Gelgel) yang tetap tinggal di Gelgel, yang ketiga bernama Ki Bendesa Manik Mas juga tetap tinggal di Gegel, yang keempat bernama Ki Pasek Gelgel kemudian pindah ke Desa Depaha, Buleleng lalu dijuluki Ki Pasek Gelgel Depaha, yang kelima bernama Ki Pasek Gelgel yang pindah ke Desa Bebetin, Buleleng seterusnya dijuluki Ki Pasek Gegel Bebetin, yang keenam Ki Pasek Gegel, lalu pindah ke Desa Gobleg Buleleng, seterusnya dikenal dengan sebutan Ki Pasek Gelgel Gobleg. Yang ketujuh bernama Ki Pasek Gelgel yang kemudian pindah ke Desa Ababi , Karangasem, lalu disebut Ki Pasek Gelgel Ababi. Yang kedelapan bernama Ki Pasek Gelgel, yang kemudian pindah ke Banjar Muntig, Desa Kubu Karangasem, kemudian dijuluki Ki Pasek Gelgel Muntig. Yang kesembilan bernama Ki Pasek Gelgel, kemudian pindah ke Banjar Pasek Tista, lalu disebut Ki Pasek Gelgel Tista. Dan yang kesepuluh bernama Ki Pasek Gelgel, lalu pindah ke Banjar Batudawa Desa Kubu Karangasem, lalu dijuluki Ki Pasek Gelgel Batudawa. Sedangkan yang kesebelas Ki Pasek Gelgel, yang kemudian pindah ke Banjar Tulamben Desa Kubu Karangasem, seterusnya disebut Ki Pasek Gelgel Tulamben. Demikianlah putra I Gusti Pasek Gelgel di Pegatepan, dengan berbagai macam sebutan.
Pun dalam hal ini penulis dengan kerendahan hati dan tidak mengurangi rasa hormat,mohon maaf kepada pembaca yang budiman, oleh karena belum bisa memastikan, siapa sesungguhnya yang menjadi leluhur Kaki Bongol dan Kaki Djelantik. Tetapi dalam hal ini penulis dapat memberi gambaran bahwa leluhur Kaki Bongol dan Kaki Djelantik adalah :

1. Berdasarkan cerita penglingsir bahwa Rakryanta Patih Kompyang Romya disambut baik oleh
Arya Bang Pinatih (leluhur I Nyoman Reta) dan bahkan sangat disayang. Kesayangannya
tersebut ditafsirkan, oleh karena beliau merupakan keturunan Raja Bali sebelum Cri Aji
Kresna Kepakisan. Inipun dapat diperkuat dengan bukti bahwa posisi Pura Dalem Dasar yang
ada di Pura Pengastulan berada paling Ulon (hulu).
2. Selain saat beliau tiba di Sawangan ini, beliau juga merupakan salah satu orang yang
diprioritaskan oleh Jero Mekel di Bualu. Inipun dapat dipakai alasan yang kuat bahwa
Rakryanta Patih Kompyang Romya merupakan keturunan orang penting yang memegang
kekuasaan di Bali.
3. Dari nama-nama beliau antara lain : Rakryanta Patih Kompyang Marutha dan Rakryanta
Patih Kompyang Romya, ini memberi gambaran kepada kita bahwa beliau bukan berasal dari
kalangan biasa. Dari nama mereka itu, sangat dimungkinkan bahwa mereka memegang
kedudukan penting dalam Kerajaan Gelgel (Swecalinggarsapura). Dari sini dapat
mengisyaratkan bahwa beliau tinggal di Desa Gelgel.
4. Berdasarkan Prasasti yang tersimpan di Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan di Sawangan,
mengisyaratkan bahwa beliau berdua sebelum tinggal di Banjar Sawangan ini (Cedok
Langdukuh-red), beliau sempat tinggal di Desa Kuta seperginya (kesahnya) beliau dari Desa
Gelgel, Klungkung. Di dalam isi Prasasti tersebutpun menunjukkan bahwa beliau berdua
berasal dari Desa Gelgel.
5. Dari letak Pura Dadya Agung/Merajan Agung di Gelgel, tepatnya di Banjar Pegatepan, Gelgel,
sebelah timur Pura Dasar Bhuwana Gelgel dan konon tempat beliau bermukim (Mayasa
kerthi) sebelum akhirnya kesah ke Banjar Sawangan adalah di sebelah barat Pura Dasar
Bhuwana Gelgel (Bangunan Sekolah – sekarang). Ini juga menunjukkan bahwa leluhur Kaki
Bongol dan Kaki Djelantik adalah putra I Gusti Pasek Gelgel di Pegatepan yang tinggal di
Gelgel.
6. Oleh karena hanya satu Pura Dadya Agung/Merajan Agung, yaitu yang berada di Banjar
Pegatepan Desa Gelgel itu, maka beliau bukan keturunan dari putra I Gusti Pasek Gelgel di
Pegatepan yang pindah dari Gelgel, melainkan putra beliau yang tinggal di Gelgel.
7. Dari isi Prasasti yang ada di Pura Ibu Pasek Gelgel Pesawangan menyebutkan bahwa
Rakryanta Patih Kompyang Marutha dan Rakryanta Patih Kompyang Romya, keturunan dari
Pasek Gelgel dan bukan yang lain. Ini dapat memberikan gambaran bahwa beliau berdua
adalah keturunan dari Ki Pasek Gegel/Ki Gede Bendesa Gelgel.

Demikianlah beberapa alasan mengapa Rakryanta Patih Kompyang Marutha dan Rakryanta Patih Kompyang Romya disebutkan sebagai pratisentana dari I Gusti Pasek Gelgel di Pegatepan yang tinggal di Gelgel, yang tepatnya lagi adalah keturunan langsung dari Ki Pasek Gelgel/Ki Gede Bendesa Gelgel.
Sampai saat ini semua keturunan Ki Pasek Gelgel di Gelgel yang kesah ke Sawangan hanya memakai pungkusan I Wayan, I Made, I Nyoman, I Ketut untuk laki-laki atau Ni Wayan, Ni Made, Ni Nyoman dan Ni Ketut untuk yang perempuan.
Demikianlah penulis dapat menyimpulkan sebagai bahan untuk menggali mutiara yang hilang tersebut, walaupun masih belum dapat memastikan secara pasti siapakah sesungguhnya leluhur Kaki Bongol dan Kaki Djelantik. Tetapi dari uraian diatas dapat mengisyaratkan kebenaran dari leluhur Kaki Bongol dan Kaki Djelantik adalah Ki Pasek Gelgel/Ki Gede Bendesa Gelgel di Gelgel. Semoga pratisentana Kaki Bongol dan kaki Djelantik dapat menemukan mutiara yang hilang tersebut.
KAKI BONGOL DAN KAKI DJELANTIK

Kaki Bongol dan Kaki Djelantik adalah cucu dari Rakryanta Patih Kompyang Romya.
Sebelum penulis bertutur panjang lebar tentang keberadaan Kaki Bongol dan Kaki Djelantik, ada baiknya penulis akan mengajak kembali melihat perjalanan hidup Rakryanta Patih Kompyang Marutha dan Rakryanta Patih Kompyang Romya.

RAKRYANTA PATIH KOMPYANG MARUTHA
Rakryanta Patih Kompyang Marutha adalah keturunan Ki Pasek Gelgel/Ki Gede Bendesa Gelgel di Gelgel. Rakryanta Patih Kompyang Marutha bersama adiknya Rakryanta Patih Kompyang Romya yang sama-sama beristri pergi meninggalkan Desa Gelgel menuju Desa Kuta mengikuti junjungan beliau kurang lebih pada pertengahan abad ke-17 (1600-an). Sehari-hari beliau sebagai nelayan mencari ikan penyu untuk dipersembahkan kepada junjungannya berdasarkan isi prasasti Pura Ibu Pasek Gelgel Sawangan. Ikhwal hubungan suami istri, mereka keluarga yang rukun dan bahagia dan bahkan bergelimang harta benda. Tetapi sayang kehendak Tuhan tidak dapat ditolak, mereka tidak menurunkan pretisentana seperti halnya Rakryanta Patih Kompyang Romya.

RAKRYANTA PATIH KOMPYANG ROMYA
Rakryanta Patih Kompyang Romya, kesah ke Sawangan dari Klungkung ke Kuta dan akhirnya berada di Sawangan ini, awalnya dipermaklumkan oleh Warga Arya Bang Pinatih Sawangan. Entah apa sebabnya, mereka dapat menjalin hubungan kekerabatan yang sangat baik sekali sampai-sampai terbukti dengan adanya Pelinggih di Areal Pura Pengastulan Sawangan, berada berdekatan dengan Pelinggih Arya Bang Pinatih yang disebut Pelinggih Dalem Dasar. Hal ini diprediksi bahwa mereka Arya Bang Pinatih masih bhakti dengan keturunan Raja Gelgel, yang memerintah pada tahun 1343 – Oktober 1450 yang bergelar Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel. Sehingga pelinggih Dalem Dasar dan Dalem Kesiman letaknya berdampingan, Pelinggih Dalem Dasar terletak di Timur Laut dan diselatannya barulah pelinggih Dalem Kesiman.
Kembali kepada Rakryanta Patih Kompyang Marutha, Rakryanta Patih Kompyang Romya banyak mempunyai putra diantaranya Ki Bongkol, Ki Panted, Ki Dangul, Ki Pangguh, Ki Pusuh dan Ki Kitut. Demikianlah nama-nama putra beliau yang mengambil nama Siklus Kehidupan pohon Pisang, dari kehidupan awal pohon pisang sampai akhirnya berbuah. Oleh karena mengambil siklus kehidupan pohon pisang, maka pratisentana dari keenam putranya tersebut menyebut diri IJASAN (SISIR dalam Bahasa Indonesia).
Sekali lagi penulis mendapat kesulitan (Wanara kusa/kapi alang) dalam memaparkan dan sulit sekali bagi penulis untuk mengilustrasikan siapa sebenarnya menurunkan siapa. Tetapi dalam hal ini, penulis tidak menyerah dalam menyusun buku ini, karena penulis berkeyakinan bahwa generasi selanjutnya pasti akan menemukan mutiara yang hilang tersebut. Walaupun belum bisa dipastikan, penulis akan mencoba melanjutkan garis keturunan beliau.
Dari enam ijasan tersebut dapat dikelompokkan (menurut versi penulis) antara lain:
1. Kaki Pengedangan, Kaki Bongol, Kaki Djelantik, Kaki Pasung dan Kaki Cawan dikelompokkan
dalam Ijasan I.
2. Kaki Sebeng, Kaki Keceg, Kaki Megeteh/Sangket, Pan Remban, Pan Mideh dikelompokkan
dalam Ijasan II.
3. Kaki Kasna, Kaki Ramya dan Kaki Rina dikelompokkan dalam Ijasan III.
4. Kaki Lungsir dikelompokkan dalam Ijasan IV.
5. Pan Muncuk dikelompokkan dalam Ijasan V.
6. Kaki Griya dan Kaki Jati dikelompokkan dalam Ijasan VI.

Demikianlah beberapa hal yang dapat diungkapkan oleh penulis, mohon bantuan pembaca untuk urun pendapat dan mengkritik segala yang terasa kurang mengena....
Terasa tidak lengkap bilamana ucapan terimakasih belum sempat saya sampaikan kepada pembaca.

16 komentar:

  1. saya ingin tau sejarah pasek gegel dari klungkung hingga ke buleleng banjar dalem.. karena sampai saat ini mash menjadi teka-teki,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cari jawabannya di pura dalem ciwa gaduh klungkung /di sebelah timur dalem dasar klungkung.

      Hapus
  2. Mau tanya ada berapa prasasti tentang Pasek Gelgel Pegatepan di Br Pegatepan Gelgel? Terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
  3. Ki petilik dalem apakah betul bliau itu keturunan dari igusti kyayi agung pasek gelgel pegatepan?sebab dilontar merajan kami hanya disebutkan ki petilik dalem...kami mohon penjelasannya yg sebenarnya.

    BalasHapus
  4. Dimerajan kami ada lontar cuma bisa terbaca ki petilik dalem.yang saya tanyakan siapa sebenarnya ki petilik dalem tersebut?pernah saya tanyakan kpd jro mangku subandi bliau bilang ki petilik adalah keturunan pasek gelgel pegatepan.apakah betul begitu?mohon penjelasannya...

    BalasHapus
  5. Kami warga pasek Gelgel Songan yang bertempat tinggal di Desa Penginyahan, Desa Tianyar Tengah, Kec. Kubu, Kab. Karangasem, kami ingin menanyakan perjalanan leluhur kami dari Songan ke sampai berada atau bertempat tinggal Di desa Desa Penginyahan sampai saaat ini (kami keluaraga pasek gelgel songan yang berada di Penginyahan)

    BalasHapus
  6. Yang dimaksud disini mungkin Gusti Pasek Gelgel II. Kiyai Gusti Pasek Gelgel I atau Ki Patih Ulung baru sempat menjadi raja. Kyai Pasek Gelgel I punya dua istri. Pertama dari Ni Luh Tohjiwa. Menurunkan Gusti Semaranatha dan Gusti Pangeran Bendesa. Selanjutnya Gusti Semaranatha menurunkan Gusti Rare Angon. Dan Gusti Rare Angon menurunkan Gusti Pasek Gelgel II. Gusti Pasek Gelgel II memiliki dua istri Ni Luh Tangkas yang memiliki 4 Putra. Dan Ni Luh Gelgel 6 Putra termasuk Gelgel pegatepan..


    Kembali ke Gusti Pasek Gelgel I atau Ki Patih Ulung punya istri kedua bernama Ni Luh Madri putri dari Kyai Kayu Selem dan punya dua anak Gusti Pasek Gelgel Songan dan Ni Balian. Gusti Pasek Gelgel Songan selanjutnya punya dua putra. Gusti Gelgel Dauh Peken Dan Gusti Gelgel Dangin Peken. Ini merujuk tahun penobatan dan prasasti kami dimerajan Songan. Yang lengkap dengan cap kerajaan dan pusaka Ganja Dungkul yang dibawa ki patih wulung atau Gusti Pasek Gelgel I saat membawa misi perdamian ke tampurhyang..

    BalasHapus
  7. Om suastiastu ampura sire Niki sane nulis.. suksema 🙏 banget
    Mangkin trah Patih kompyang romya Wenten di desa tusan Klungkung.
    Dari cerita di atas ada bukti catatan bahwa dari ijasan yg kedua. Kaki sebeng dan kaki keceg.. yg paling jelas adalah kaki keceg.
    Semua ini sekarang ada di desa tusan Banjarangkan Klungkung. Pura dadia ibu titiyang di lepang. Mangkin titiyang medue sangah dadia di tusan.!

    BalasHapus
  8. Saya mau nanya keturunan Pasek Denpasar punapi perjalanan dan kisah nya

    BalasHapus
  9. Penulis yang budiman,tolong jelaskan kisahnya ki pasek gobleg dan keturunanya,atao prati sentananya,sukseme

    BalasHapus
  10. Rentang waktu i gusti agung pasek gelgel dg luh tangkas kori agung terlalu jauh.

    BalasHapus
  11. Om swastyastu
    Mohon diceritakan juga tentang pasek gelgel aan dan keturunanya.
    Apakah kaitanya dg meranggi, pasek kreni n pasek merdangga.
    Suksma

    BalasHapus
  12. Suastiastu penulis yg Budiman, ijin saya bertanya siapa ayah dr Ki bongol dan Ki jelantik, bahwansannya penulis menyampaikan bahwa Ki bongol dan Ki jelantik cucu dr Ki agung Pasek gelgel pegatepan dan juga ada nama leluhur kami pada nama ijasan tsb, mohon petunjuk dan jujur saya sampaikan kami sekeluarga masih bingung, apakah saya Pasek gelgel pegatepan atau Pasek gelgel yg lainnya, kiranya itu yg saya tanyakan kalau ada salah kata dalam pertanyaan ini mohon maaf yg sebesar besarnya sukseme Om Shanti Shanti Shanti Om🙏🙏

    BalasHapus
  13. Ampure semeton. Tyang saking desa pengastulan Seririt buleleng. penasaran dan lebih ingin tahu lg kenapa, sesuai yg diuraikan diatas bahwa memang benar pura dalem di desa kami posisinya (nyuun seme) istilah desa kami. Namun sy masih belum mengetahui bagaimana kisahnya seperti itu. Sy juga baru tahu kalau uraian diatas ada keterkaitan dengan pura dalem yang ada didesa kami (desa pengastulan). Adakah kisahnya (babad) nya kusus kenapa beliau beliau diatas membangun pura seperti itu didesa kami?

    BalasHapus